Wednesday 18 July 2012

Manfaat dan Kandungan Kimia Temu Hitam

A.           Temu Hitam (Curcuma aeruginosae Roxb.)
Tanaman temu hitam terdapat di Burma, Kamboja, Indocina dan menyebar sampai ke pulau jawa. Selain ditanam di perkarangan atau di perkebunan, temu hitam juga banyak ditemukan tumbuh liar di hutan jati, padang rumput atau di ladang pada ketinggian 400 – 750 m dpl. (Dalimartha,2007)
1.             Klasifikasi tanaman temu hitam (Curcuma aeruginosae Roxb.) menurut Yuniarti (2008)
Divisio             : Spermatophyta
Sub divisio      : Angiospermae
Kelas               : Monocotyledona
Ordo                : Zingiberales
Famili              : Zingiberaceae           
Genus              : Curcuma                               
Species            : Curcuma aeruginosa Roxb.
2.             Nama daerah tanaman temu hitam(Curcuma aeruginosae Roxb.) menurut (Dalimartha, 2007):
Sumatera          : temue irang, temi itam (melayu)
Jawa                : koneng hideung (sunda),  temu ireng (jawa)
Nusa Tenggara : temu ereng (madura), temu ireng (bali)
Sulawesi          : temu leteng (makasar),  temu lotong (bugis)
3.             Morfologi tanaman tanaman temu hitam (Curcuma aeruginosae Roxb.)
Temu hitam merupakan tanaman ternak mempunyai tinggi 1-2 m, berbatang semu yang tersusun atas kumpulan pelepah daun berwarna hijau atau coklat gelap. Daun tunggal bertangkai panjang, 2-9 helai. Helaian daun bentuknya bundar memanjang sampi lanset ujung dan runcing, tepi rata, penulangan menyiirip, warna hijau tua dengan sisi kiri kanan, ibu tulang daun terdapat seperti pita memenjang berwarna erah gelap atau lembayung, panjang 31-48 cm, lebar 10-18 cm. Bunganya bunga majemuk yang berbentuk bulir yang tandanya keluar langsung dari rimpang, panjang tandan 20-25 cm. Bunga mekar secara bergiliran dari kantong–kantong daun pelindung yang  besar, pangkal daun pelindung berwarna putih, ujung daun pelindung berwarna ungu kemerahan. Mahkota bunga berwarna kuning. Rimpangnya cukup besar dan merupakan umbi batang. Rimpangnya juga bercabang–cabang. Jika rimpang tua dibelah, tampak lingkaran berwarna biru kehitaman dibagian luarnya. Rimpang temu hitam mempunyai aroma yang khas (Dhalimartha, 2007).
4.             Kandungan kimia
Rimpang temu hitam mengandung minyak atsiri, kurkumol, kurkumenol, isokurkumenol, kurzerenon, kurdion, kurkumalakton, lizeradulene, kurkumin, demetyokxykurkumin, bisdemethoxykurkumin (Agusta, 2008)
5.             Manfaat
Rimpang temu hitam berkhasiat untuk mengatasi: tidak nafsu makan, melancarkan keluarnya darah kotor setelah melahirkan, penyakit kulit seperti kudis, ruam, dan borok, perut mulas (kolik), sariawan, batuk, sesak nafas, dan cacingan (Yuniarti, 2008).

Tuesday 17 July 2012

Manfaat dan Kandungan Kimia Tanaman Sambang Getih (Hemigraphis colorata Hall .F.)


1. Taksonomi Tanaman Sambang Getih (Hemigraphis colorata Hall .F.)
Klasifikasi tanaman sambang getih (Hemigraphis colorata Hall .F.) menurut (Syamsuhidayat dan Hutapea, 2000) adalah sebagai berikut :
Divisi               : Spermatophyta
Sub Devisi       : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledonae
Bangsa             : Solanales
Suku                : Acanthaceae
Marga              : Hemigraphis             
Jenis                : Hemigraphis colorata Hall.F.
2.  Nama Daerah dan Nama Asing
Nama Daerah : Minalu Api (Sumatera), Remek Daging (Jawa), Reudeu Beureum (Sunda), Lire (Ternate) (Depkes RI, 1980).

3.  Deskripsi Tanaman Sambang Getih (Hemigraphis colorata Hall .F.)
Sambang getih (Hemigraphis colorata Hall .F.) adalah tanaman yang biasa ditemukan tumbuh liar atau ditanam di halaman dan taman-taman sebagai tanaman hias. Tanaman ini mempunyai batang berbaring dan merayap, bulat, bercabang, beruas-ruas serta berwarna ungu. Daun tunggal, bertangkai, letak berhadapan, helaian daun bentuknya bulat telur, ujung runcing, pangkal romping, tepi bergerigi, pertulangan menyirip, permukaan atas warnanya merah ungu mengilap agak keabu-abuan, bagian bawah merah anggur, berambut, panjang 7-11 cm, lebar 4-6 cm. Bunga majemuk, berkumpul dalam rangkaian berupa bulir, keluar dari ujung batang, mahkota berbentuk corong, warnanya putih. Buah kecil, lonjong, warnanya hijau muda. Biji kecil, pipih, warnanya putih (Dalimartha, 2003).
4. Kandungan Kimia Tanaman Sambang Getih (Hemigraphis colorata Hall .F.)
Sambang getih (Hemigraphis colorata Hall .F.) mempunyai kandungan kimia antara lain Daun mengandung flavonoid, tanin, steroid, terpenoid (Istiana, 2005) dan kalium (Dalimartha, 2003). Batang mengandung saponin (Hariana, 2008).
5. Sifat dan Kegunaan Tanaman Sambang Getih (Hemigraphis colorata Hall .F) 
Daun ini rasanya pahit dan tidak berbau (Depkes RI,1980). Daun sambang getih (Hemigraphis colorata Hall .F.) berkhasiat sebagai peluruh air seni (diuretik), penghentian perdarahan (hemostatis), dan penambah darah (Dalimartha, 2003).
6.  Pemanfaatan Tanaman Sambang Getih (Hemigraphis colorata Hall .F )
Menurut Dalimartha (2003) pemanfaatan tanaman sambang getih (Hemigraphis colorata Hall .F.) dalam pengobatan antara lain :
a.    Air kemih sedikit
Cuci daun sambang getih (Hemigraphis colorata Hall .F ) segar 30 gram,  lalu rebus dengan dua gelas air selama 25 menit. Setelah dingin, saring dan minum sekaligus.
b.  Disentri
Cuci daun sambang getih (Hemigraphis colorata Hall .F ) segar tujuh lembar, lalu rebus dengan segelas air sampai mendidih selama 15 menit. Setelah dingin, saring dan minum sekaligus. Lakukan 2-3 kali sehari.
c.   Wasir
Cuci segenggam daun sambang getih (Hemigraphis colorata Hall .F. ) segar, lalu rebus dengan dua gelas air selama setengah jam. Setelah dingin, saring dan minum. Rebus ampasnya sekali lagi untuk diminum pada sore hari.

Khasiat dan Manfaat Buah Salak


A.    Tanaman Salak (Salacca edulis reinw)
1.      Taksonomi Tumbuhan
Salak (Salacca edulis reinw) dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Rochani,1995) :
Kingdom              : Plantae  
Divisi                    : Spermatophyta
Sub divisi             : Angiospermae
Class                     : Monocotyledonae
Ordo                     : Lilifrorae
Famili                   : Palmaceae
Genus                   : Salacca                                             
Spesies                 : Salacca edulis reinw           
2.      Sinonim dan Nama Daerah                            
Sala (Minangkabau), salak (Melayu), Salak (Sunda), salak (Jawa Tengah), salak (Madura), Salak (Bali), Salak (Makasar), salak (Bugis) Tusum (Kalimantan Selatan)
3.      Morfologi Salak (Salacca edulis reinw)
Tumbuhan salak tubuhnya merumpun dengan ukuran batang yang berpelepah. Permukaan batang tertutup oleh duri yang sangat tajam. Buahnya terdapat pada ketiak pelepah daun. Buah terletak dalam bentuk tandan-tandan buah. Salak merupakan tumbuhan berbiji yang berkeping satu. Memiliki akar, batang dan daun sejati. Daunnya berbentuk pita dengan tulang daun sejajar. Merupakan tumbuhan yang berumah dua, artinya bunga jantan dan betina terpisah letaknya/terletak pada tumbuhan yang berbeda. Berkembangbiak dengan biji dan dengan anakan tunas. Bentuk tubuh tanaman salak pondoh seperti rumpun, dengan tinggi kira-kira 1,5 meter. Akarnya serabut. Habitat pada tanah yang gembur, subur dan banyak pori-pori tanahnya. Derajat keasaman/pH yang optimal untuk kehidupan tanaman salak adalah 6 sampai 7 (Rochani,1995).
4.      Khasiat dan Manfaat Salak (Salacca edulis reinw)
Salak diyakini bisa mengobati diare, juga bermanfaat untuk kesehatan kulit dan kuku. Dalam mengkonsumsi buah salak, sebaiknya tidak membuang kulit ari buah salak (kulit tipis yang menempel pada buah salak) karena kulit ari tersebut ternyata berkhasiat dalam memperlancar BAB. Salak juga ternyata bermanfaat untuk kesehatan mata. Penelitian oleh Nurfi Afriansyah, MSc dari pusat Litbang gizi dan makanan Departemen Kesehatan RI menyebutkan bahwa kandungan betakaroten dalam 100 gram salak lebih banyak 5,5 kali buah mangga, 3 kali dari buah jambu biji dan 5 kali dari buah semangka merah. Betakaroten adalah salah satu zat anti oksidan yang banyak terdapat dalam sayuran wortel, yang notebene sangat berkhasiat untuk kesehatan mata. Sedangkan daun salak sangat berkhasiat menghilangkan penyakit ambeien yang belum parah. (Moline, 2011)

5.      Kandungan kimia dalam Salak (Salacca edulis reinw)
Daging buah dan kulitnya ini mengandung tanin, flavonoida dan sedikit alkaloida (Sahputera, 2008)

Saturday 14 July 2012

Penggunaan KCKT dalam Farmasi


Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan suatu metoda pemisahan canggih dalam analisis farrnasi yang dapat digunakan sebagai uji identitas, uji kemumian dan penetapan kadar. Titik beratnya adalah untuk analisis senyawa-senyawa yang tidak mudah menguap dan tidak stabil pada suhu tinggi, yang tidak bisa dianalisis dengan Kromatografi Gas. Banyak senyawa yang dapat dianalisis, dengan KCKT mulai dari senyawa ion anorganik sampai senyawa organik makromolekul. Untuk analisis dan pemisahan obat /bahan obat campuran rasemis optis aktif dikembangkan suatu fase pemisahan kiral (chirale Trennphasen) yang mampu menentukan rasemis dan isomer aktif.
Pada Farmakope Indonesia Edisi III Tahun 1979 KCKT belum digunakan sebagai suatu metoda analisis baik kualitatif maupun kuantitatif. Padahal di Farmakope negara-negara maju sudah lama digunakan, seperti Farmakope Amerika Edisi 21 (United State of Pharmacopoeia XXI), Farmakope Jerrnan Edisi 10 (Deutches Arzneibuch 10).
Pada Farmakope Indonesia Edisi IV Tahun 1995 sudah digunakan KCKT dalam analisis kualitatif maupun kuantitatif dan uji kemumian sejumlah 277 (dua ratus tujuh puluh tujuh) obat/bahan obat. Perubahan yang sangat spektakuler dari Farmakope Indonesia Edisi IV Tahun 1995 ini menunjukkan bahwa Pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan benar-benar telah mengikuti perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih dalam bidang analisis obat.
Walaupun disadari biaya yang dibutuhkan untuk analisis dengan KCKT sangat mahal, namun metoda ini tetap dipilih untuk digunakan menganalisis 277 jenis obat / bahan obat karena hasil analisis yang memiliki akurasi dan presisi yang tinggi, waktu analisis cepat. Dapat dilihat Daftar Obat-obat yang Penetapan Kadamya dengan KCKT yang tercantum dalam Farmakope Indonesia Edisi IV Tahun 1995.

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) / HPLC

A.    Pengertian
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau High Pressure Liquid Chromatography (HPLC) adalah jenis kromatografi yang menggunakan fase gerak cair dan fase diam yang dalam berada dalam kolom yang pendek dan isian yang sangat halus (hingga 5µm), dan diberi tekanan hingga ratusan psi agar didapat laju alir yang sesuai.

B.     Jenis Kromatografi
Pemisahan dengan HPLC dapat dilakukan dengan fase normal (jika fase diamnya lebih polar dibanding dengan fase geraknya) atau fase terbalik (jika fase diamnya kurang non polar dibanding dengan fase geraknya). Berdasarkan pada kedua pemisahan ini, sering kali HPLC dikelompokkan menjadi HPLC fase normal dan HPLC fase terbalik.  Selain klasifikasi di atas, HPLC juga dapat dikelompokkan berdasarkan pada sifat fase diam dan atau berdasarkan pada mekanisme sorpsi solut, dengan jenis-jenis HPLC sebagai berikut:
1.    Kromatografi Adsorbsi. Prinsip kromatografi adsorpsi telah diketahui sebagaimana dalam kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis. Pemisahan kromatografi adsorbsi biasanya menggunakan fase normal dengan menggunakan fase diam silika gel dan alumina, meskipun demikian sekitar 90% kromatografi ini memakai silika sebagai fase diamnya. Pada silika dan alumina terdapat gugus hidroksi yang akan berinteraksi dengan solut. Gugus silanol pada silika mempunyai reaktifitas yang berbeda, karenanya solut dapat terikat secara kuat sehingga dapat menyebabkan puncak yang berekor.
2. Kromatografi fase terikat. Kebanyakan fase diam kromatografi ini adalah silika yang dimodifikasi secara kimiawi atau fase terikat. Sejauh ini yang digunakan untuk memodifikasi silika adalah hidrokarbon-hidrokarbon non-polar seperti dengan oktadesilsilana, oktasilana, atau dengan fenil. Fase diam yang paling populer digunakan adalah oktadesilsilan (ODS atau C18) dan kebanyakan pemisahannya adalah fase terbalik. Sebagai fase gerak adalah campuran metanol atau asetonitril dengan air atau dengan larutan bufer. Untuk solut yang bersifat asam lemah atau basa lemah, peranan pH sangat krusial karena kalau pH fase gerak tidak diatur maka solut akan mengalami ionisasi atau protonasi. Terbentuknya spesies yang terionisasi ini menyebabkan ikatannya dengan fase diam menjadi lebih lemah dibanding jika solut dalam bentuk spesies yang tidak terionisasi karenanya spesies yang mengalami ionisasi akan terelusi lebih cepat.
3.     Kromatografi penukar ion. KCKT penukar ion menggunakan fase diam yang dapat menukar kation atau anion dengan suatu fase gerak. Ada banyak penukar ion yang beredar di pasaran, meskipun demikian yang paling luas penggunaannya adalah polistiren resin.  Kebanyakan pemisahan kromatografi ion dilakukan dengan menggunakan media air karena sifat ionisasinya. Dalam beberapa hal digunakan pelarut campuran misalnya air-alkohol dan juga pelarut organik. Kromatografi penukar ion dengan fase gerak air, retensi puncak dipengaruhi oleh kadar garam total atau kekuatan ionik serta oleh pH fase gerak. Kenaikan kadar garam dalam fase gerak menurunkan retensi solut. Hal ini disebabkan oleh penurunan kemampuan ion sampel bersaing dengan ion fase gerak untuk gugus penukar ion pada resin.
4.    Kromatografi Pasangan ion. Kromatografi pasangan ion juga dapat digunakan untuk pemisahan sampel-sampel ionik dan mengatasi masalah-masalah yang melekat pada metode penukaran ion. Sampel ionik ditutup dengan ion yang mempunyai muatan yang berlawanan.
5.    Kromatografi Eksklusi Ukuran. Kromatografi ini disebut juga dengan kromatografi permiasi gel dan dapat digunakan untuk memisahkan atau menganalisis senyawa dengan berat molekul > 2000 dalton. Fase diam yang digunakan dapat berupa silika atau polimer yang bersifat porus sehingga solut dapat melewati porus (lewat diantara partikel), atau berdifusi lewat fase diam. Molekul solut yang mempunyai BM yang jauh lebih besar, akan terelusi terlebih dahulu, kemudian molekul-molekul yang ukuran medium, dan terakhir adalah molekul yang jauh lebih kecil. Hal ini disebabkan solut dengan BM yang besar tidak melewati porus, akan tetapi lewat diantara partikel fase diam. Dengan demikian, dalam pemisahan dengan eksklusi ukuran ini tidak terjadi interaksi kimia antara solut dan fase diam seperti tipe kromatografi yang lain.
6.    Kromatografi Afinitas. Dalam kasus ini, pemisahan terjadi karena interaksi-interaksi biokimiawi yang sangat spesifik. Fase diam mengandung gugus-gugus molekul yang hanya dapat menyerap sampel jika ada kondisi-kondisi yang terkait dengan muatan dan sterik tertentu pada sampel yang sesuai (sebagaimana dalam interaksi antara antigen dan antibodi). Kromatografi jenis ini dapat digunakan untuk mengisolasi protein (enzim) dari campuran yang sangat kompleks