Wednesday 15 December 2010

KU kendalikan Hati ku

Ku Kendalikan Hatiku

Alkisah, seorang lelaki santun duduk di tepi sungai. Ia sudah beberapa lama tidak makan apapun. Lalu sebutir apel yang terbawa arus itu dipungutnya, dan dimakan. Sesaat kebutuhannya terpenuhi. Namun sesaat kemudian hati kecilnya menggugat. “Apel siapa ini? Mengapa aku memakannya tanpa minta izin?”

Lelaki itu menelusur ke hulu, mencari pemilik apel tersebut. Beberapa jauh kemudian ia menemukan pemiliknya. Ia minta tindakannya memakan apel hanyut tanpa izin pemiliknya tersebut dimaafkan. Abdullah, pemilik kebun, itu bersedia memaafkan dengan syarat tertentu. Yakni agar lelaki itu bersedia menikahi putrinya. “Tapi putriku itu buta, lumpuh, dan bisu,” kata Abdullah.

Lelaki itu mengangguk. Ia siap melakukan pekerjaan halal apapun untuk mendapatkan maaf. Hatinya tidak akan pernah tenang sebelum ia mendapatkan maaf itu. Pernikahan pun dilangsungkan. Sang istri, Fatimah, ternyata seorang gadis luar biasa. Cerdas, cantik, dan sama sekali tidak buta, lumpuh dan bisu. “Ia buta dari perbuatan melihat maksiat, lumpuh dari melangkahkan kaki ke tempat-tempat yang tidak benar, serta bisu dari ucapan yang tidak senonoh,” kata Abdullah. Mereka dikaruniai anak saleh yang kemudian menjadi tokoh besar sufi, Syekh Abdulqadir Jaelani.

Apa yang membuat ayah Abdulqadir Jaelani begitu bersusah payah mencari pemilik apel yang hanyut di sungai? Bukankah si pemilik tak merasa kehilangan bila sebutir apel dari kebunnya yang luas jatuh ke sungai. Ia juga akan merasa maklum jika ada yang memungut apel itu, dan kemudian memakannya. Ia tentu tidak akan mempersoalkan seandainya tahu siapa yang memakan apel itu. Apalagi ia sama sekali tidak tahu siapa yang memakan apel itu, bahkan tidak tahu kalau apelnya hanyut di sungai.

Tidak demikian bagi seorang saleh sejati seperti ayah Abdulqadir Jaelani. Sebutir apel, dalam keadaan sangat lapar, sungguh berarti bagi perutnya. Namun hatinya tidak dapat menerima apel tak bertuan itu. Hatinya terus terjaga dalam keadaan jernih. Noda setitik pun yang akan mengotori kejernihan hati akan membangkitkan mekanisme untuk membuang jauh noda itu, dan mengembalikan kejernihan hati seperti semula. Hati itu menggerakkan kakinya untuk melangkah, menggerakkan bibirnya untuk minta maaf, dan menggerakkan seluruh jiwa raganya untuk menerima persyaratan apapun buat mendapatkan maaf itu.

Apa yang sebenarnya ada pada hati itu sehingga mempunyai daya gerak yang begitu hebat?

Tuhan tidaklah memandang rupa seseorang. Tidak pula memandang bentuk seseorang itu. Namun, Tuhan memandang hati orang tersebut.

Lewat hati manusia pula, Tuhan mengungkapkan kehadirannya pada diri seseorang. Lewat hati seseorang dapat merasakan bahwa Tuhan memang “lebih dekat dibanding urat leher sendiri”. Lewat hati, seseorang dapat merasakan hal yang dalam penggambaran sufistik, “dengan mata-Nya ia melihat, dengan telinga-Nya ia mendengar, dengan tangan-Nya ia menyentuh.”

Sachiko Murata, profesor bidang studi agama di Universitas New York, menilai banyak ayat-ayat kitab suci yang membahas mengenai hati sebagai sentralitas pada diri manusia, Secara harfiah, hati itulah yang akan membalik, mengubah, memaju-mundurkan, serta menaik-turunkan manusia. Tidak berlebihan bila hati dipandang sebagai “lokus kebaikan dan kejahatan, maupun kebenaran-kesalahan.”

Hati yang akan mengendalikan seseorang hingga tenteram atau gelisah. Hati yang akan menentukan seseorang sukses atau tidak dalam mengarungi gelombang hidup. Itu yang menjelaskan mengapa para imam sufi tak henti untuk menekankan pentingnya, latihan tanpa akhir untuk mengendalikan hati.

ASPIRIN

ANALGETIKA ANTIRADANG (NSAIDS)
NSAID berkhasiat analgetik, antipiretis serta antiradang.
Penggolongan secara kimiawi, obat-obat ini biasanya dibagi dalam beberapa kelompok yaitu :
A. Salisilat :asetosal, benorilat, diflunisal
B. Asetat : diklorofenac, sulindac, indometasin,
C. Propionat : ibupropen, ketopropen, naproksen, tiaprofenat, flurbiprofen
D. Oxicam : piroxicam, tenoxicam, dan meloxicam
E. Pirazolon : fenilbutazon, azapropazon
F. Lainnya : mefenamat, nabumeton, benzidamid, bufexamac.
Aspek Farmakologis dan Toksikologis Metabolisme Obat

1. ASPIRIN
Aspirin/asam asetil salisilat/asetosal merupakan obat hepatotoksik (obat yang dapat menyebabkan kelainan pada hepar dan tergantung pada besarnya dosis (Predictable)). Gejala hepatotoksik timbul bila kadar salisilat serum lebih dari 25 mg/dl (dosis : 3 – 5 g/hari). Keadaan ini nampaknya sangat erat hubungannya dengan kadar albumin darah, karena bentuk salisilat yang bebas inilah dapat merusak hepar. Pemilihan obat pada anak terbatas pada NSAID yang sudah diuji penggunaannya pada anak, yaitu: aspirin, naproksen atau tolmetin, kecuali pemberian aspirin pada kemungkinan terjadinya Reye’s Syndrome, aspirin untuk menurunkan panas dapat diganti dengan asetaminofen, nimesulide, seperti halnya NSAID lain, tidak dianjurkan untuk anak dibawah 12 tahun karena aspirin bersifat iritatif terhadap lambung sehingga meningkatkan risiko ulkus (luka) lambung, perdarahan, hingga perforasi (kebocoran akibat terbentuknya lubang di dinding lambung), serta menghambat aktivitas trombosit (berfungsi dalam pembekuan darah) sehingga dapat memicu resiko perdarahan).

MEKANISME KERJA ASPIRIN
® Mengasetilasi enzim siklooksigenase dan menghambat pembentukan enzim cyclic endoperoxides.
® Menghambat sintesa tromboksan A-2 (TXA-2) di dalarn trombosit, sehingga akhirnya menghambat agregasi trombosit.
® Menginaktivasi enzim-enzim pada trombosit tersebut secara permanen. Penghambatan inilah yang mempakan cara kerja aspirin dalam pencegahan stroke dan TIA (Transient Ischemic Attack).
® Pada endotel pembuluh darah, menghambat pembentukan prostasiklin. Hal ini membantu mengurangi agregasi trombosit pada pembuluh darah yang rusak.

FARMAKOKINETIKA
Mula kerja : 20 menit -2 jam.
Kadar puncak dalam plasma: kadar salisilat dalam plasma tidak berbanding lurus dengan besamya dosis.
Waktu paruh : asam asetil salisilat 15-20 rnenit ; asarn salisilat 2-20 jam tergantung besar dosis yang diberikan.
Bioavailabilitas : tergantung pada dosis, bentuk, waktu pengosongan lambung, pH lambung, obat antasida dan ukuran partikelnya.
Metabolisme : sebagian dihidrolisa rnenjadi asarn salisilat selarna absorbsi dan didistribusikan ke seluruh jaringan dan cairan tubuh dengan kadar tertinggi pada plasma, hati, korteks ginjal , jantung dan paru-paru.
Ekskresi : dieliminasi oleh ginjal dalam bentuk asam salisilat dan oksidasi serta konyugasi metabolitnya.

FARMAKODINAMIK
Adanya makanan dalam lambung memperlambat absorbsinya ; pemberian bersama antasida dapat mengurangi iritasi lambung tetapi meningkatkan kelarutan dan absorbsinya. Sekitar 70-90 % asam salisilat bentuk aktif terikat pada protein plasma.

EFEK TERAPEUTIK
Menurunkan resiko TIA atau stroke berulang pada penderita yang pernah menderita iskemi otak yang diakibatkan embolus. Menurunkan resiko menderita stroke pada penderita resiko tinggi seperti pada penderita tibrilasi atrium non valvular yang tidak bisa diberikan anti koagulan.

KONTRAINDIKASI
Hipersensitif terhadap salisilat, asma bronkial, hay fever, polip hidung, anemi berat, riwayat gangguan pembekuan darah.

INTERAKSI OBAT
Obat anti koagulan, heparin, insulin, natrium bikarbonat, alkohol clan, angiotensin converting enzymes.

EFEK SAMPING
Nyeri epigastrium, mual, muntah , perdarahan lambung.

EFEK TOKSIK
Tidak dianjurkan dipakai untuk pengobatan stroke pada anak di bawah usia 12 tahun karena resiko terjadinya sindrom Reye. Pada orang tua harus hati- hati karena lebih sering menimbulkan efek samping kardiovaskular. Obat ini tidak dianjurkan pada trimester terakhir kehamilan karena dapat menyebabkan gangguan pada janin atau menimbulkan komplikasi pada saat partus. Tidak dianjurkan pula pada wanita menyusui karena disekresi melalui air susu.

DOSIS
FDA merekomendasikan dosis: oral 1300 mg/hari dibagi 2 atau 4 kali pemberian. Sebagai anti trombosit dosis 325 mg/hari cukup efektif dan efek sampingnya lebih sedikit.

UPAYA MENGHINDARI DAMPAK NEGATIF
1. Hindari pemakaian obat gabungan (polifarmasi), kecuali jika memang kondisi penyakit yang diobati memerlukan gabungan obat dan pengobatan gabungan tersebut sudah diterima dan terbukti secara ilmiah manfaatnya.
2. Kenali sebanyak mungkin kemungkinan interaksi yang timbul pada obat-obat yang sering diberikan bersamaan dalam praktek polifarmasi.
3. Jika ada interaksi, perlu dilakukan tindakan-tindakan, misal pengurangan dosis atau mengganti obat lain yang memiliki efek terapetik yang sama tapi tidak menimbulkan interaksi yang merugikan.
4. Evaluasi efek sesudah pemberian obat-obat secara bersamaan untuk menilai ada tidaknya efek samping/toksik dari salah satu atau kedua obat
Sumber : Obat-Obat Penting dan Buku saku Farmakologi Kedokteran

NSAID



URAIAN
KETERANGAN
IBUPROFEN
1.Nama Bahan
2.Uji Pendahuluan



3.Rumus Bangun


4.Rumus Molekul
5.Berat Molekul
6.Reaksi Identifikasi














Ibuprofenum
»Bentuk     : Serbuk hablur
»Warna      : Putih
»Bau          : Berbau khas lemah
»Rasa        



C13H18O2
206,28
»Spektrum serapan inframerah zat yg didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada Ibuprofen BPFI.

»Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam 4000) dalam natrium hidroksida 0,1 N menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang sama seperti pada Ibuprofen BPFI ; daya serap masing-masing dihitung terhadap zat anhidrat pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 264 nm dan 273 nm berbeda tidak lebih dari 3,0%.
.
»Waktu retensi relatif puncak utama terhadap baku internal dari larutan uji sesuai dengan larutan baku yang diperoleh pada penetapan kadar.

Thursday 2 September 2010

Terimakasih

Batu2 kecil bisa mjd gunung besar. Langkah2 kecil bisa menyusuri berkilo - kilo meter. Perbuatan kecil dgn penuh kasih, membuat dunia tersenyum lebar. Kata2 kecil bisa meredam persoalan besar. Pelukkan kecil bisa mengeringkt air mata yg deras. Li2n kecil bs menerangi kegelapan. Kenangan kecil dapat mengendap bertahun2. Impian kecil bs mengantar pd keberhasilan. Hal2 kecil dlm kehidupan bs mendatangkan kebahagiaan yg besar.