Thursday, 23 May 2013

Reaksi Alergi dan Anafilaksis


Alergi merupakan suatu reaksi menyimpang dari tubuh seseorang, khususnya terhadap rangsangan yang disebabkan oleh suatu pemicu yang disebut alergen. Sering kali alergi yang ada hubungannya dengan sistem imun tubuh yang  bekerja secara berlebihan dan berkaitan dengan faktor keturunan. Pada umumnya, reaksi-reaksi imun melindungi tubuh terhadap alergen yang memasuki peredaran darah. Sebagian gejalanya ditunjukan untuk mengeluarkan alergen tersebut, seperti dengan bersin dan batuk. Gejala lainnya merupakan perasaan sesak di dada karena kesulitan bernapas, mata merah/ gatal, dan gatal pada kulit (Tan dan Kirana, 2010).
REAKSI ALERGI
Contoh masing- masing alergen tersebut, antara lain :
1.         Alergen inhalan : bulu hewan, tungau, debu rumah, dan jamur.
2.         Alergen ingestan : telur, susu, ikan, udang, daging babi, tomat, kopi, cokelat, kacang tanah, dan obat oral.
3.         Alergen kontaktan : tumbuhan beracun, kosmetika dan logam (perhiasan, jam tangan, dan lain sebagainya).
4.         Alergen injektan : penisilin.
       (Tan dan Kirana, 2010)
            Pollen adalah benang sari dari tanaman yang penyerbukannya dilakukan oleh angin. Sebetulnya butir-butir tepung ini merupakan sel perbanyakan benang sari dari jenis rumput dan pohon, yang terbentuk dalam jumlah besar sekali. Bila alergen adalah tepung sari, maka terjadilah alergi terhadap pollen yang juga disebut demam musiman, yaitu demam yang disebabkan oleh alergi terhadap rumput kering (Tan dan Kirana, 2010).
Demam musiman (hay fever) sebagai akibat dari penggabungan antigen-antibodi sel- sel tertentu yang berada disaluran pernapasan melepaskan zat-zat perantara (mediator), antara lain histamin, prostaglandin, dan leukotrien. Mast cells ini berfungsi menetralisasi serangan dari “penyerbuakan asing” antara lain mengusahakan untuk mengeluarkannya (bersin hebat dan mata berair). Setiap penderita demam musiman mengenal gejala-gejala ini, yang sering kali disertai radangan selaput lendir (hidung tersumbat, mata merah, rasa terbakar, biduran, gatal-gatal, dan nyeri tenggorokan) (Tan dan Kirana, 2010).
Debu rumah  merupakan salah satu penyebab alergi utama karena hampir selalu mengandung banyak tungau. Serangga transparan sebesar 0,3mm hanya dapat dilihat dengan mikroskop, hidup ditempat panas (diatas 18˚C) dan lembab (kelembapan relatif di atas 75%) misalnya dikasur, selimut dan karpet. Satu gram debu kasur dapat mengandung sampai 15.000 tungau, yang hidup dari serpihan kulit manusia dan hewan. Yang bersifat alergen adalah tinjanya yang sebagai potongan-potongan dari ± 0,002-0,010 mm dihirup dan memasuki   saluran pernapasan (Tan dan Kirana, 2010).
            Karena kebanyakan obat berbentuk senyawa dengan bobot molekul rendah, yang sebagai senyawa itu sendiri masih belum memiliki sifat antigen, timbul pertanyaan, dengan cara bagaimana obat-obat ini menimbulkan pembentukan antibodi dan dengan demikian memenuhi persyaratan untuk reaksi alergi. Berdasarkan banyak penemuan hasil eksperimen maka berlaku mekanisme berikut : bahan obat salah satu dari metabolitnya sebagai praantigen (semiantigen, hapten) berikatan secara kovalen dengan suatu makromolekul tubuh sendiri, umumnya suatu protein, membentuk antigen kompleks (antigen penuh). Terhadap antigen penuh ini dibentuk antibodi (Mutschler, 1991).
            Disini spesifikasi antibody disiapkan untuk melawan bahan obat dan tidak melawan makromolekul, ini berarti bahan obat atau suatu bagian dari bahan obat merupakan gugus penentu (kelompok yang merumuskan antibodi). Reaksi antibodi dengan gugus penentu bahan obat adalah penyebab antigenitas gugus. Disini diartikan bahwa obat-obat yang secara kimia dan farmakologi berbeda dapat menimbulkan reaksi alergi yang sama, sejauh mereka memiliki determinan (penentu) yang sama. Karena itu suatu alergi dapat berupa melawan suatu senyawa tertentu juga karena suatu reaksi alergi terhadap suatu bahan lain yang dekat hubungannya dengan senyawa asal, tanpa sebelumnya diberikan kontak dengan bahan tersebut, ini disebut alergi silang. Suatu contoh khas adalah antigenitas gugus dan demikian juga alergi silang dari senyawa-senyawa dengan gugus amino aromatik primer posisi para (prokain, p-amino asam salisilat, sulfonamide) (Mutschler, 1991).
Reaksi hipersensitivitas dibedakan atas :
1.      Jenis segera (reaksi segera)
2.      Jenis lambat (reaksi lambat) dan
3.      Bentuk-bentuk khusus
Reaksi antigen-antibodi umumnya berlangsung dengan tenang, artinya tanpa tanda-tanda luar yang dapat dikenal. Walaupun demikian, dalam kasus-kasus tertentu pada kontak dengan antigen berulang-ulang dapat terjadi reaksi berlebihan, yang merusak bagi organisme. Sejauh hal itu terjadi dalam waktu beberapa detik atau menit setelah terdedah allergen, maka disebut hipersensitif  jenis segera dan menurut reaksinya ada yang disebut reaksi anafilaktik (Mutschler, 1991).
REAKSI ANAFILAKTIK
Pada sensibilisasi dibentuk terutama immunoglobulin tipe Ig E (regain). Antibodi Ig E mempunyai kemampuan melekat pada permukaan sel mast atau granulosit basofil. Jika pada suatu kontak berikutnya, allergen yang masuk bereaksi dengan antibodi Ig E dan karena itu membentuk jembatan antara dua tempat ikatan antigen, maka ini ternyata bekerja sebagai rangsangan terhadap sel dan menyebabkan perubahan sturuktur  membran sel. Sel mengosongkan granulanya dan kemudian membebaskan mediator yang sangat aktif antar lain adalah histamin, bradikinin, serotonin, SRS- A (Slow Reacting Substance Of Anaphylaxis) dan prostaglandin. Terjadi reaksi-reaksi sekunder khas yang disebut reaksi anafilaktik khususnya vasodilatasi, gangguan ketelapan dinding kapiler atau kontraksi otot bronkhus.  Reaksi-reaksi anafilaktik dapat terjadi pada tempat-tempat terbatas (misalnya asma bronkhiale, hayfever, urtikaria, udem angioneurotik) atau menyeluruh ( misalnya setelah suntikan intravasal dengan obat atau setelah gigitan lebah atau gigitan penyengat). Pada reaksi anafilaktik menyeluruh terdapat bahaya penurunan tekanan darah  massif (syok anafilaktik) (Mutschler, 1991).

0 comments: