SIFAT
Parasetamol adalah drivat p-aminofenol yang
mempunyai sifat antipiretik / analgesik. Paracetamol utamanya digunakan untuk
menurunkan panas badan yang disebabkan oleh karena infeksi atau sebab yang
lainnya. Disamping itu, paracetamol juga dapat digunakan untuk meringankan
gejala nyeri dengan intensitas ringan sampai sedang. Ia aman dalam dosis
standar, tetapi karena mudah didapati, overdosis obat baik sengaja atau tidak
sengaja sering terjadi.
Obat yang mempunyai nama generik acetaminophen
ini, dijual di pasaran dengan ratusan nama dagang. Beberapa diantaranya adalah
Sanmol, Pamol, Fasidol, Panadol, Itramol dan lain lain.
Sifat antipiretiknya disebabkan oleh gugus aminobenzen dan
mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral. Parasetamol
memiliki sebuah cincin benzena, tersubstitusi oleh satu gugus hidroksil dan
atom nitrogen dari gugus amida pada posisi para (1,4). Senyawa ini dapat
disintesis dari senyawa asal fenol yang dinitrasikan menggunakan asam sulfat
dan natrium nitrat. Parasetamol dapat pula terbentuk apabila senyawa
4-aminofenol direaksikan dengan senyawa asetat anhidrat.
Sifat analgesik
Parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang. Dalam golongan obat analgetik, parasetamol memiliki
khasiat sama seperti aspirin atau obat-obat non steroid antiinflamatory drug
(NSAID) lainnya. Seperti aspirin, parasetamol berefek menghambat prostaglandin
(mediator nyeri) di otak tetapi sedikit aktivitasnya sebagai penghambat
postaglandin perifer. Namun, tak seperti obat-obat NSAIDs.
Parasetamol termasuk
ke dalam kategori NSAID sebagai obat anti demam, anti pegel linu dan
anti-inflammatory. Inflammation
adalah kondisi pada darah pada saat luka pada bagian tubuh (luar atau dalam)
terinfeksi, sebuah imun yang bekerja pada darah putih (leukosit). Contoh pada
bagian luar tubuh jika kita terluka hingga timbul nanah itu tandanya leukosit
sedang bekerja, gejala inflammation lainnya adalah iritasi kulit.
Sifat
antiinflamasinya sangat rendah sehingga tidak digunakan sebagai
antirematik. Pada penggunaan per oral Parasetamol diserap dengan cepat melalui
saluran cerna. Kadar maksimum dalam plasma dicapai dalam waktu 30 menit sampai
60 menit setelah pemberian. Parasetamol diekskresikan melalui ginjal, kurang
dari 5% tanpa mengalami perubahan dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.
Karena Parasetamol memiliki aktivitas antiinflamasi (antiradang)
rendah, sehingga tidak menyebabkan gangguan saluran cerna maupun efek
kardiorenal yang tidak menguntungkan. Karenanya cukup aman digunakan pada semua
golongan usia.
METABOLISME
Parasetamol berikatan dengan sulfat dan glukuronida terjadi di hati.
Metabolisme utamanya meliputi senyawa sulfat yang tidak aktif dan konjugat
glukoronida yang dikeluarkan lewat ginjal. Sedangkan sebagian kecil,
dimetabolismekan dengan bantuan enzim sitokrom P450. Hanya sedikit jumlah
parasetamol yang bertanggung jawab terhadap efek toksik (racun) yang
diakibatkan oleh metabolit NAPQI (N-asetil-p- benzo-kuinon imina). Bila pasien
mengkonsumsi parasetamol pada dosis normal, metabolit toksik NAPQI ini segera
didetoksifikasi menjadi konjugat yang tidak toksik dan segera dikeluarkan
melalui ginjal. Perlu diketahui bahwa sebagian kecil dimetabolisme cytochrome
P450 (CYP) atau N-acetyl-p-benzo-quinone-imine (NAPQI) bereaksi dengan sulfidril.
Namun apabila pasien mengkonsumsi parasetamol pada
dosis tinggi, konsentrasi metabolit beracun ini menjadi jenuh sehingga
menyebabkan kerusakan hati. Pada dosis normal bereaksi dengan sulfhidril pada
glutation metabolit non-toxic diekskresi oleh ginjal.
MEKANISME
MEKANISME KERJA
Selama bertahun-tahun digunakan, informasi
tentang cara kerja parasetamol dalam tubuh belum sepenuhnya diketahui dengan
jelas hingga pada tahun 2006 dipublikasikan dalam salah satu jurnal Bertolini
A, et. al dengan topik Parasetamaol : New Vistas of An Old Drug,
mengenai aksi pereda nyeri dari parasetamol ini.
Mekanisme kerja yang sebenarnya dari parasetamol masih menjadi bahan
perdebatan. Parasetamol menghambat produksi prostaglandin (senyawa penyebab
inflamasi), namun parasetamol hanya sedikit memiliki khasiat anti inflamasi.
Telah dibuktikan bahwa parasetamol mampu mengurangi bentuk teroksidasi enzim
siklooksigenase (COX), sehingga menghambatnya untuk membentuk senyawa penyebab
inflamasi. Paracetamol juga bekerja pada pusat pengaturan suhu pada otak. Tetapi
mekanisme secara spesifik belum diketahui.
Ternyata di dalam tubuh efek analgetik dari parasetamol diperantarai oleh
aktivitas tak langsung reseptor canabinoid CB1. Di dalam otak dan sumsum
tulang belakang, parasetamol mengalami reaksi deasetilasi dengan asam
arachidonat membentuk N-arachidonoylfenolamin, komponen yang dikenal
sebagai zat endogenous cababinoid.
Adanya N-arachidonoylfenolamin ini meningkatkan kadar canabinoid
endogen dalam tubuh, disamping juga menghambat enzim siklooksigenase
yang memproduksi prostaglandin dalam otak. Karena efek canabino-mimetik
inilah terkadang parasetamol digunakan secara berlebihan.
Sebagaimana diketahui bahwa enzim
siklooksigenase ini berperan pada metabolisme asam arakidonat menjadi
prostaglandin H2, suatu molekul yang tidak stabil, yang dapat berubah menjadi
berbagai senyawa pro-inflamasi.
Kemungkinan lain mekanisme kerja parasetamol ialah bahwa parasetamol
menghambat enzim siklooksigenase seperti halnya aspirin mengurangi produksi
prostaglandin, yang berperan dalam proses nyeri dan demam sehingga meningkatkan
ambang nyeri, namun hal tersebut terjadi pada kondisi inflamasi, dimana terdapat
konsentrasi peroksida yang tinggi. Pada kondisi ini oksidasi parasetamol juga
tinggi, sehingga menghambat aksi anti inflamasi. Hal ini menyebabkan
parasetamol tidak memiliki khasiat langsung pada tempat inflamasi, namun malah
bekerja di sistem syaraf pusat untuk menurunkan temperatur tubuh, dimana
kondisinya tidak oksidatif.
MEKANISME REAKSI
Paracetamol bekerja dengan mengurangi produksi
prostaglandins dengan mengganggu enzim cyclooksigenase (COX). Parasetamol
menghambat kerja COX pada sistem syaraf pusat yang tidak efektif dan sel
edothelial dan bukan pada sel kekebalan dengan peroksida tinggi. Kemampuan
menghambat kerja enzim COX yang dihasilkan otak inilah yang membuat paracetamol
dapat mengurangi rasa sakit kepala dan dapat menurunkan demam tanpa menyebabkan
efek samping,tidak seperti analgesik-analgesik lainnya
MEKANISME
TOKSISITAS
- Sulfat dan glukuronida pada
liver tersaturasi
- paracetamol lebih banyak ke CYP
-> NAPQI bertambah -> suplai glutation tidak mencukupi
- NAPQI bereaksi dengan membran
sel
- Hepatosit rusak -> nekrosis
RESORPSI
Resorpsi dari usus cepat dan praktis
tuntas, secara rektal lebih lambat. PP-nya ca 25%, plasma t1/2-nya 1-4 jam.
Antara kadar plasma dan efeknya tidak ada hubungan. Dalam hati zat ini
diuraikan menjadi metabolit-metabolit toksis yang diekskresi dengan kemih
sebagai konyugat-glukuronida dan sulfat.
Dalam dosis normal, parasetamol tidak menyakiti
permukaan dalam perut atau mengganggu gumpalan darah, ginjal atau duktus
arteriosus pada janin. Parasetamol relatif aman digunakan, namun pada dosis
tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati. Risiko kerusakan hati ini diperparah
apabila pasien juga meminum alkohol.
Setelah berpuluh tahun digunakan, parasetamol
terbukti sebagai obat yang aman dan efektif. Tetapi, jika diminum dalam dosis
berlebihan (overdosis), parasetamol dapat menimbulkan kematian. Parasetamol
dapat dijumpai di dalam berbagai macam obat, baik sebagai bentuk tunggal atau
berkombinasi dengan obat lain, seperti misalnya obat flu dan batuk. Antidotum
overdosis parasetamol adalah N-asetilsistein (N-acetylcysteine, NAC). Antidotum
ini efektif jika diberikan dalam 8 jam setelah mengkonsumsi parasetamol dalam
jumlah besar. NAC juga dapat mencegah kerusakan hati jika diberikan lebih dini
Hal yang jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitifitas dan
kelainan darah. Pada penggunaan kronis dari 3-4 g sehari dapat terjadi
kerusakan hati, pada dosis di atas 6 g mengakibatkan nekrose hati yang
reversible. Hepatotoksisitas ini disebabkan oleh metabolit-metabolitnya, yang
pada dosis normal dapat ditangkal oleh glutation (suatu tripeptida dengan –SH).
Pada dosis diatas 10 g, persediaan peptida tersebut habis dan
metabolit-metabolit mengikat pada protein dengan –SH di sel-sel hati, dan
terjadilah kerusakan irreversible. Parasetamol dengan dosis diatas 20 g sudah
berefek fatal. Over dosis bisa menimbulkan antara lain mual, muntah, dan
anorexia. Penanggulanganya dengan cuci lambung, juga perlu diberikan zat-zat
penawar (asam amino N-asetilsisten atau metionin) sedini mungkin, sebaiknya
dalam 8-10 jam setelah intoksikasi (Tjay dan Rahardja, 2002) Wanita hamil dapat
menggunakan parasetamol dengan aman, juga selama laktasi walaupun mencapai air
susu ibu
Efek Racun dan Akibat pada Pasien
Anak
Penggunaan paracetamol terus menerus dapat menyebabkan overdosis dan
keracunan. Overdosis yang tak dapat penanganan cepat dapat menyebabkan
kegagalan liver dan kematian. Kematian akibat
overdosis paracetamol jarang terjadi pada anak-anak. Penggunaan parasetamol
berbahaya pada seseorang yang memiliki kelainan hati, terutama konsumen
alkohol.
Jangan meminum
parasetamol selama lebih dari 10 hari berturut turut tanpa berkonsultasi dengan
dokter. Obat ini juga jangan sembarangan diberikan pada anak dibawah 3 tahun
tanpa terlebih dahulu meminta saran dari dokter
Segera ke dokter bila
salah satu dari tanda berikut muncul setelah anda minum paracetamol. Tanda
tanda itu antara lain : terjadi perdarahan ringan sampai berat, keluhan demam
dan nyeri tenggorokan tidak berkurang yang kemungkinan disebabkan oleh karena
infeksi sehingga perlu penanganan lebih lanjut.
Bila karena suatu sebab yang tidak jelas pasien
bandel minum obat ini melebih dosis maksimum tadi maka akan terjadi kerusakan
hati yang fatal. Gejala kerusakan hati yang perlu mendapatkan perhatian dan
harus segera ke dokter antara lain : mual sampai muntah, kulit dan mata
berwarna kekuningan, warna air seni yang pekat seperti teh, nyeri di perut kanan
atas, dan rasa lelah dan lemas.
Beberapa reaksi alergi yang dilaporkan sering
muncul antara lain : kemerahan pada kulit, gatal, bengkak, dan kesulitan
bernafas/sesak. Seperti biasa, bila mengalami tanda tanda diatas setelah minum
paracetamol, segera ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Parasetamol sebernarnya jarang memberi efek samping yang serius apabila
digunakan sesuai dengan petunjuk. Beberapa isu yang menyebutkan bahwa obat ini
terkait dengan asma pada anak-anak juga belum terbukti secara klinis. Hanya
kadang obat ini bisa menimbulkan ruam atau gatal-gatal pada beberapa orang
tertentu. Penggunaan yang berlebihan dan dalam jangka panjang perlu diwaspadai
karena bisa memicu kerusakan hati. Perlu diperhatikan juga beberapa tanda
overdosis dari parasetamol misalnya jika terdapat gejala mual, muntah, lemas
dan keringat berlebih.
Jangan terlalu sering memberikan parasetamol pada
anak. Penelitian pada tahun 2008 membuktikan bahwa
pemberian parasetamol pada usia bayi dapat meningkatkan risiko terjadinya asma
pada usia kanak-kanak.
Penggunaan paracetamol secara berlebihan atau sering, bisa menimbulkan
efek samping bagi si kecil dikemudian hari. Seperti yang ditulis di jurnal
Lancet, dua penelitian telah menemukan bahwa penggunaan paracetamol dalam
intensitas yang cukup sering, dapat meningkatkan risiko anak terkena asma dan
eksim ketika mereka berusia 6 atau 7 tahun.
Pada penelitian
yang pertama, para peneliti menemukan, dari 205.000 anak, yang menggunakan
paracetamol di tahun pertama kehidupan mereka ternyata meningkatkan risiko
terkena asma pada usia 6 atau 7 tahun sebesar 46 persen, dibandingkan mereka
yang tidak mengonsumsinya
Lalu, sebatas apa paracetamol boleh digunakan?
Menurut peneliti, penggunaan paracetamol satu kali sebulan atau lebih dengan
dosis tingi, mampu meningkatkan risiko asma sebanyak tiga kali. Penggunaan
paracetamol yang dinilai cukup (medium) didefinisikan sebagai penggunaan
sebanyak satu kali setahun atau lebih, tetapi kurang dari satu kali sebulan.
Satu teori yang
dikemukakan oleh para peneliti mengenai hubungan antara paracetamol dengan asma
adalah antioksidan. Paracetamol mampu mengurangi kadar antioksidan dalam tubuh.
Padahal, antioksidan sangat dibutuhkan tubuh untuk melawan radikal bebas yang
masuk ke tubuh kita dan mencegah kerusakan.
Sama halnya pada
asma. Penggunaan parasetamol dapat melipat gandakan risiko eksim, bersin yang
terus-menerus, bunyi napas sengau, dan sakit tenggorokan, ketika anak berusia 6
atau 7 tahun.
Oleh sebab itu, para
peneliti sangat mendukung pedoman yang diberikan oleh WHO, yang
merekomendasikan paracetamol tidak boleh digunakan secara rutin. Sebaiknya
paracetamol hanya digunakan untuk anak-anak yang mengalami demam tinggi (38,5
derajat Celcius atau lebih).
Efek Lainnya
a. Parasetamol
Dapat Merusak Paru-Paru
Parasetamol memang sangat manjur untuk
menghilangkan rasa sakit kepala, pusing atau demam. Tapi, dibalik keampuhannya
tersebut, ternyata menyimpan bahaya yang cukup besar yakni dapat menurunkan
fungsi paru-paru.
Meski demikian, jangan gunakan obat ini secara
rutin. Apalagi bagi penderita penyakit asma dan penyakit paru obstruktif
menahun atau chronic obstructive pulmonary disease (COPD). Karena, bila obat
ini digunakan setiap hari, dapat menyebabkan penurunan fungsi paru-paru. Hasil
ini berdasarkan data survei yang dikumpulkan oleh 'Third National Health and
Nutrition Examination Survey' dari tahun 1988-1994 pada sekitar 13.500 orang
dewasa di Amerika Serikat. Mereka semua memberikan informasi akan obat yang dipakai
yaitu Aspirin Parasetamol dan Ibuprofen.
Dari data survey ini terlihat bahwa mereka yang
menggunakan obat Parasetamol, mengalami resiko untuk menderita Asma dan COPD
yang lebih tinggi. Dan pada penggunaan Parasetamol rutin setiap hari atau
penggunaan lebih besar, dihubungkan dengan terjadi penurunan dari fungsi paru.
Sedang pada obat Aspirin dan Ibuprofen, tidak terlihat adanya gangguan dari
paru.
Penelitian yang dilakukan pada hewan, dosis tinggi
dari Parasetamol akan menurunkan kadar dari salah satu antioksidan yang
penting, yaitu Glutathion, yang ada pada jaringan paru. Jadi, kemungkinan
gangguan paru yang terjadi akibat pemakaian rutin Parasetamol disebabkan karena
terjadi penurunan Glutathion, yang menyebabkan peningkatan resiko dari
kerusakan jaringan paru dan peningkatan dari penyakit pernafasan. Penelitian
ini mendukung penelitian sebelumnya, yang menyatakan bahwa penggunaan
Parasetamol dapat meningkatkan resiko yang berat bagi penderita asma.
Bahaya Parasetamol atau yang disebut juga
Asetaminofen, ternyata tidak hanya menyerang paru-paru saja, termasuk juga
ginjal bila digunakan dalam waktu yang lama. Kebiasaan menggunakan Parasetamol,
terutama bagi kaum wanita untuk menghilangkan nyeri seperti pada saat haid,
dinilai sangat membahayakan. Penelitian ini dilakukan terhadap 1.700 wanita
yang diteliti selama lebih dari 11 tahun, yang mengalami penurunan fungsi
filtrasi ginjal sebesar 30 persen. Dari penelitian terlihat bahwa wanita yang
mengkonsumsi Parasetamol sebanyak 1.500 - 9.000 butir selama hidupnya, berisiko
untuk mengalami gangguan ginjal sebesar 64 persen.
Sedangkan untuk mereka yang mengkonsumsi lebih
dari 9.000 tablet, risiko ini meningkat hingga dua kali lipat. Tapi penelitian
ini tidak menunjukkan adanya hubungan antara gangguan fungsi ginjal dengan
Aspirin atau obat pereda nyeri/inflamasi lainnya seperti golongan anti
inflamasi non-steroid. Penelitian ini bukan untuk menghentikan penggunaan
Parasetamol. Tapi untuk berhati-hati dalam menggunakannya untuk jangka panjang.
Selain itu bagi para peneliti, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
mendapatkan pengobatan lain dalam mengatasi rasa nyeri, yang tidak berbahaya
bila digunakan untuk waktu yang lama.
Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti
aspirin dan ibuprofen, parasetamol tak memiliki sifat antiradang. Jadi
parasetamol tidak tergolong dalam obat jenis NSAID.
b. Penggunaan Paracetamol efek terhadap urine
Parasetamol (asetaminofen) dalam dosis
terapeutik normal umumnya dianggap sebagai salah satu minor analgesic yang
paling aman , walupun garus diperhatikan bahwa kelebihan dosis parasetamol
dapat mengakibatkan nekrosis hati pada manusia dan hewan lain. Setelah
pemberian parasetamol dieliminasi dari tubuh oleh proses- proses metabolisme
orde 1 yang nyata dandalam jumlah kecil metabolism utamanya pada manusia adalah
sebagai konjugat glukuronida dan konjugat sulfat.
Eliminasi parasetamol bias
dirasionalkan secra matematik menurut metode Cumming et al (1967). Dengan menggunakan pendekatan dini, terbukti
bahwa plt log laju ekskresi obat “total” akhirnya akan menjadi garis lurus
dengan kemiringan sama dengan :
-Ke /
2,303
Dimana k adalah
konstanta laju eliariminasi . jadi dalam percobaan ini log laju ekskresi dari
obat total(mg/jam) diplot pada titik tengah dari masing – masing interval waktu
pengumpulan urine. Konstanta laju eliminasi ditaksir dari kemiringan plot di
atas dan waktu paruh t1/2 dari parasetamol dapat dihitung :
T1/2
= 0,693 / ke
a)
Subjek manusia
Dalam individu normal yang sehat dosis parasetamol yang digunakan dalam
percobaan ini tanpa efek samping sama sekali .tetapi harus ditekankan bahwa
obat ini tidak boleh dimakan oleh orang yang;
1)
Mempuyai sejarah
penyakit ginjal/ hati tipe apapun
2)
Mempunyai kebiasaan
makan parasetamol
3)
Menunjukkan aksi
alergis / hipersensitifitas terhadap obat ini
4)
Sedang dalam
pengobatan dengan obat lain
5)
Umumnya tidak sehat
Pemberian parasetamol
dan pengumpulan urine
1)untuk menjaga aliran urine yang lyak, subjek harus
minum 200ml air. Setelah 30 menit , kandung kemih haru di kosongkan dan
dimsukkan dalam wadah yang sesuai ; sampel ini menunjukan urine blanko.
2)Parasetamol 500mg diminum dengan 200ml air dan waktu
mulai di catat ; ini adalah waktu nol
3)setelah 1 jam sampel urine diukur diberi catatan dan
diberi air 100ml
4)Prosedur yang sama seperti nomor 3 diulang setiap jam
selama 2jam, 3jam,4jam,5jam,6jam
5)Total urine di ukur
c Metode Analitik
Sampel urine akan dianalisa “total parasetamolnya” dengan
menambahkan asam kedalam sampel urine. Parasetamol dan konjugat sulfat serta
glukuronidanya yang ada dalam urine dihidrolisis dalam adanya asam 4-
aminofenol. Senyawa ini kemudian berikatan dengan fenol dalam adanya hiobromit
membentuk suatu zat warna indofenol yang konsentrasinya ditentukan secara
spektrofotometrik.
1)
Membuat larutan
parasetamol 1mg/ml dalam air . pengenceran stok ini denga air memberikan
larutan parasetamol standar 50,100,200,400,600 dan 800 mikrogram/ml
2)
Urine blanco 1ml
dipipet masukan kedalam tabung reaksi tambahkan 4ml HCl 4M dan 1ml dari masing
– masing larutan parasetamol standar
3)
Tabung ditutup
dengan gundu dan ditempatkam dalam penangas air mendidih selama 1jam
4)
Tabung didinginkan
volme dari masing- masing dicukupkan secara seksama dengan air ad 10ml
5)
Setelah tercampur
seluruhnya 1ml Aliquot dipipet dari sampel urine yang dihidroisis (10ml)
kedalam tabung reaksi lain, dan ditabahkan 10ml larutan pembentuk warna.
Sesudah dicampur perlahan , larutan didiamkan selama 40menit
6)
Serapan dari masing
– masing larutan diukur pada 620nm dalam suatu spektrofotometer, nol kana lat
terhadap sampel urine blanco yng tidak mengandung obat
7)
Mulai dari 2
diatas, masing – masing sampel urine yang dikumpulkan diberi perlakuan dengan
cara yang sama, dengan mensubtitusi sampel urine pada saat itu untuk urine
blanco. Disampng itu, 1ml larutan parasetamol standar diganti dengan 1ml air .
DOSIS
Jika tidak ada masalah di organ hati, dosis
maksimum paracetamol untuk orang dewasa adalah 4 gram (4000mg) per hari atau 8
tablet paracetamol 500 mg.
Indikasi : analgesik, antipiretik Cara pakai :
oralDosis anak 6-12 bulan 60 mg/kali, maks. 6 kali sehari; 1-6 tahun 60-120
mg/kali, maks. 6 kali/hari; 6-12 tahun 150-300 mg/kali, maks. 1,2
g/hari; dewasa 300 mg 1 g/kali, maks. 4 g/hariSediaan : tab. 100 mg, 500
mg; sir. 120 mg/5 ml
Parasetamol termasuk aman dikonsumsi tanpa efek
candu seperti obat narkotika. Untuk orang dewasa umumnya dosis dikonsumsi
sebesar 500mg, bisa dilihat pada komposisi berbagai merek obat pilek kandungan
Asetaminofen ini antara 400-600mg selain kandungan lain dalam kadar rendah,
tergantung merek obatnya. Meskipun aman jangan mengkonsumsi Parasetamol lebih
dari 5 gram dalam sehari, apalagi untuk seorang pecandu alkohol, malah bisa
menyebabkan kerusakan liver.
KOMBINASI OBAT
Paracetamol sering dikombinasikan dengan aspirin
untuk mengatasi rasa nyeri pada rematik sebab paracetamol tidak mempunyai efek
anti inflamasi seperti aspirin sehingga bila kedua obat ini digabung maka akan
didapatkan sinergi pengobatan yang bagus pada penyakit rematik. Paracetamol
aman diberikan pada wanita hamil dan menyusui namun tetap dianjurkan pada wanita
hamil untuk meminum obat ini bila benar benar membutuhkan dan dalam pengawasan
dokter. Paracetamol dikombinasikan dengan opiod codein.
Paracetamol dokombinasikan dengan codein dan
penenang (syndol atau mersyndol). Parasetamol umumnya digunakan untuk mengobati
demam, sakit kepala, dan rasa nyeri ringan. Senyawa ini bila dikombinasikan
dengan obat anti inflamasi non steroid (NSAID) atau obat pereda nyeri opioid,
dapat digunakan untuk mengobati nyeri yang lebih parah.
POINT PENTING
PARASETAMOL
Beberapa poin
penting yang perlu dicermati dalam penggunaan parasetamol :
- Hentikan penggunaan parasetamol
bila demam berlangsung lebih dari 3 hari atau nyeri semakin memburuk lebih
dari 10 hari, kecuali atas saran dokter.
- Bagi ibu hamil dan menyusui,
konsultsikan dengan dokter jika hendak menggunakan obat ini.
- Orang dengan penyakit gangguan
liver sebaiknya tidak menggunakan obat ini.
- Konsultasikan dengan dokter
sebelum mengkombinasi parasetamol dengan obat-obat NSAID, antikoagulan
(warfarin), ataupun kontrasepsi oral.
- Penggunaan parasetamol bersama
alkohol dpat meningkatkan toksisitas hati.
- Konsumsi vitamin C dosis tinggi
dapat meningkatkan kadar parasetamol dalam tubuh.
11 comments:
Terimakasih infonya
Bagaimana bila pasien tidak tau kalo dirinya ternyata sedang hamil? apakah berbahaya?
http://www.herbal-murni.blogspot.com
Artikelnya keren. Sangat bermanfaat..
literatur yang sangat bermanfaat... ditunggu post an obat yang lainnya
terimakasih..
Super Good..
Saya banyak berkeringat setelah minum satu. Apa tidak masalah?
Thanks gan...
Terima kasih sekali penjelasan nya sukses selalu
Kadang sudah minum parasetamol tapi panas anak tak kunjung reda juga
Terima kasih.info yang berguna http://fungsi-obat.blogspot.com
Makasih gan, lumayan buat nambah wawasan
Download ebooks florey Analytical Profiles of Drug Substances and Excipients Full Volume Pdf
Post a Comment