Ahli farmasi kemungkinan besar lebih sering menghadapi cairan
non-Newton dibanding dengan cairan biasa. Oleh karena itu rnereka harus
mempunyai metode yang sesuai untuk mempelajari zat-zat kompleks ini. Non
Newtonian bodies adalah zat-zat yang tidak mengikuti
persamaan aliran Newton ;
dispersi heterogen cairan dan padatan seperti larutan koloid, emulsi, suspensi
cair, salep dan produk-produk serupa masuk dalain kelas ini. Jika bahan-bahan
non-Newton dianalisis dalam suatu
viskometer putar (lihat hlm: 1101) dan hasilnya diplot, diperoieh berbagai
kurva konsistensi yang menggambarkan adanya tiga kelas aliran yakni : plastis, pseudoplastis dan dilatan.
Aliran Plastis
Dalam Gambar 4-2(b) kurva memperlihatkan suatu badan yang
membentuk aliran plastis, bahan demikian dikenal sebagai Bingham bodies yang
diambil dari nama pencetus rheologi modern (Bingham) dan juga penemu pertama
zat-zat plastis dan menyusunnya secara sistematis.
Kurva aliran piastis tidak melalui titik (0,0) tapi memotong
sumbu shearing stress (atau akan memotong, jika bagian lurus dari kurva
tersebut diekstrapolasikan ke sumbu) pada suatu titik tertentu yang dikenal
sebagai harga yield. Bingham bodies tidak
akan mengalir sampai shearing stress dicapai sebesar yield value tersebut. Pada
harga stress di bawah harga yield value, zat bertindak seperti
bahan elastis. Ahli rheologi menggolongkan Bingham bodies sebagai suatu bahan yang
mempunyai/memperlihatkan yield value, seperti halnya zat padat. Sedang zat-zat
yang mulai mengalir pada shearing stress terkecil didefinisikan
sebagai cairan. Yield value adalah suatu sifat yang penting
dari dispersi-dispersi tertentu.
Kemiringan rheogram dalam Gambar 4-2(b)
disebut mobilitas (mobility), analog dengan fluiditas dalam sistem Newton , dan kebalikannya dikenal sebagai
viskositas plastis, U. Persamaan
yang menggambarkan aliran plastis adalah
di mana f
adalah yield value, atau intersept pada surnbu shear stress dalam dyne cm-2, dan F serta G adalah
seperti yang telah didefinisikan sebelumnya.
Contoh 2. Suatu
bahan plastis diketahui mempunyai yield value 5200 dyne cm-2. Pada shearing stress di atas yield value, F ditemukan meningkat secara linear dengan
meningkatnya G. Jika rate of shear
150 detik-1 pada saat F 8000 dyne.cm-2,
hitung U (viskositas plastis) dari
sampel tersebut.
Jawab :
Dengan mensubstitusi ke dalam persamaan (5):
U = (8000 - 5200)/150 = 2800/150 = 18,67 poise.
Aliran, plastis
berhubungan dengan adanya partikel-partikel yang terflokulasi dalam suspensi pekat.
Akibatnya, terbentuk struktur kontinu di seluruh sistem. Adanya Yield
value disebabkan oleh adanya kontak antara
partikel-partikel yang berdekatan (disebabkan oleh gaya van der Waals),_ yang harus dipecah
sebelum aliran dapat terjadi. Akibatnya, yield value merupakan indikasi dari kekuatan flokulasi. Makin
banyak suspensi yang terflokulasi, makin tinggi yield valuenya. Kekuatan friksi antara partikel-partikel yang
bergerak dapat juga memberi andil pada yield value tersebut. Seperti terlihat dalam Contoh 2. Sekali
yield value terlampaui, tiap
kenaikan shearing stress selanjutnya (yakni, F-f) mengakibatkan
kenaikan yang berbanding langsung pada G, rate of shear. Pada
hakikatnya suatu sistem plastis menyerupai sistem Newton pada shear stress di atas yield
value.
Aliran Pseudoplastis. Sejumlah besar produk farrnasi termasuk gom alam
dan sintetis, misalnya: dispersi cair dari tragacanth, natrium alginat,
metilselulosa, dan natrium karboksimetil selulosa, menunjukkan aliran
pseudoplastis. Sebagai aturan umum, aliran pseudoplastis diperlihatkan oleh
polimer-polimer dalam larutan, yang merupakan kebalikan dari sistem plastis,
yang tersusun dari partikel-partikel yang terflokulasi dalam suspensi. Seperti
terlihat dalam Gambar 4-2c), kurva konsistensi untuk bahan pseudoplastis mulai
pada titik (0,0) atau paling tidak mendekatinya pada rate of
shear rendah. Akibatnya, berlawanan dengan Bingham
bodies, tidak ada yield
value. Tapi karena tidak
ada bagian kurva yang linear, maka kita tidak dapat -menyatakan
viskositas dari suatu bahan pseudoplastis dengan suatu harga tunggal.
Viskositas zat pseudoplastis berkurang dengan meningkatnya rate
of shear. Viskositas nyata
bisa diperoleh
pada setiap harga rate of shear dari kemiringan tangen (garis
singgung) pada kurva pada titik yang tertentu (khas). Tetapi penggambaran terbaik
untuk bahan pseudoplastis pada saat ini adalah plot dari kurva konsistensi
secara keseluruhan.
Rheogram lengkung untuk bahan-bahan
pseudoplastis disebabkan karena kerja (aksi) shearing
terhadap
molekul-molekul bahan yang berantai panjang seperti polimer-polimer linear.
Dengan meningkatnya shearing stress, molekul-molekul yang secara normal
tidak beraturan mulai menyusun sumbu yang panjang dalam arah aliran. Pengarahan
ini mengurangi tahanan dalam dari bahan tersebut dan mengakibatkan rate
of shear yang lebih
besar pada tiap shearing stress berikutnya. Tambahan pula, beberapa dari pelarut
yang berikatan dengan molekul dapat lepas, sehingga menyebabkan penurunan
konsentrasi efektif dan penurunan ukuran molekul-moleicul yang terdispers. Ini
juga akan berakibat; pada penurunan dari viskositas apparent.
Jelaslah; bahwa perbandingan objektif
antara sistem-sistem pseudoplastis yang berbeda adalah lebih sulit daripada
pada sistem plastis maupun pada sistem Newton .
Jadi, suatu sistem Newton
dilukiskan secara lengkap dengan viskositas h. Suatu sistem yang memperlihatkan aliran plastis cukup digambarkan dengan yield value dan viskositas plastis.- Jadi, beberapa pendekatan telah dibuat untuk mendapatkan parameter yang
berarti yang dapat digunakan untuk membandingkan bahan-bahan pseudoplastis
yang berbeda. Antara lain hal itu telah dibicarakan oleh Martin et al.
telah sering digunakan. Eksponen N meningkat pada saat aliran meningkat
menjadi non-Newton. Jika N = 1. Simbol h' adalah suatu koefisien viskositas.
Sesudah disusun kembali,
log G = N
log F - log n'
lni merupakan suatu
persamaan untuk garis lurus. Banyak sistem pseudoplastis sesuai dengan persamaan ini jika log G diplot sebagai fungsi dari log F. Tetapi beberapa dari zat pensuspensi pseudoplastis yang lebih
penting yang digunakan dalam farmasi tidak memenuhi persamaan diatas. Persamaan
modifikasi telah dikemukakan oleh Shangraw et al: ,dan oleh Casson dan Patton.6 Suatu komputer analog telah
digunakan untuk mengkarakterisasi slstem-sistem pseudoplastis, berdasarkan
anggapan bahwa tipikal rheogram dari suatu zat pseudoplastis tersusun dari
suatu segmen orde-pertama dan suatu segmen order nol.
Aliran Dilatan.
Suspensi-suspensi tertentu dengan persentase zat
padat terdispers yang tinggi menunjukkan peningkatan dalam daya hambat untuk
mengalir dengan meningkatnya rate of shear. Pada sistem seperti itu sebenarnya volumenya
meningkat jika teriadi shear dan oleh karena itu diberi istilah dilatan; sifat-sifat alirannya dapat dilihat pada gainbar 4-2(d). Seharusnya dengan segera terlihat bahwa tipe aliran ini adalah kebalikan dari tipe yang dipunyai oleh
sistern pseudoplastis. Sementara bahan pseudoplastis seringkali dikenal sebagai
shear-thinning system, maka bahan dilatan seringkali diberi istilah shear-thickening system. Jika stress dihilangkan, suatu sistem
dilatan kembali ke keadaan
fluiditas aslinya.
Persamaan (6) dapat digunakan untuk
menggambarkan dilatansi dalam batasan kuantitatif. Dalarn hal ini, N selalu kurang dari satu dan berkurang dengan menaiknya derajat
dilatansi. Apabila N mendekati satu, sistem tersebut meningkat sifatnya menjadi
Newton
Zat-zat yang mempunyai sifat-sifat
aliran dilatan adalah suspensi-suspensi yang berkonsentrasi tinggi (kira-kira
50% atau lebih) dari partikel-partikel keeil yang mcngalami deflokulasi.
Seperti telah dibicarakan sebelumnya, sistem-sistem partikel dari tipe ini yang
diflokulasikan diharapkan mempunyai karakteristik aliran plastis, bukan dilatan.
Sifat dilatan bisa diterangkan sebagai berikut : Pada keadaan istirahat; partilcel-partikel tersebut
tersusun rapat dengan volume antar partikel atau volume
"void" (kosong) pada keadaan minimum. Tetapi jumlah pembawa dalam
susperisi tersebut cukup untuk mengisi volume ini dan menyebabkan
partikel-partikel bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya pada rate of shear
rendah. Jadi, seseorang bisa menuangkan suspensi dilatan dari satu botol karena pada kondisi ini
suspensi tersebut berbentuk cair. Pada saat shear stress meningkat, bulk dari sistem
tersebut mengembang atau memuai (dilate); dari sinilah istilah dilatan.
Partikel-partikel tersebut, dalam usahanya untuk bergerak lebih cepat satu
melampaui lainnya, mengambil bentuk kemasan terbuka, seperd terlihat pada
Gambar 4-3. Susunan tersebut mengakibatkan
meningkatnya volume void (kosong) di antara partikel. Jumlah pembawa yang
tinggal adalah tetap (konstan) dan pada beberapa titik menjadi tidak cukup
untuk mengisi ruang-ruang kosong antar-partikel yang menjadi lebih besar. Oleh
karena itu hambatan aliran meningkat karena partikel-partikel tersebut tidak
dibasahi atau dilumasi dengan sempurna lagi oleh pembawa tersebut. Akhirnya,
suspensi akan menjadi geperti pasta yang kaku. Sifat ini memerlukan penanganan
yang harus dilaksanakan berhati-hati dalam memproses bahan-bahan dilatan.
Secara konvensional, pemrosesan dari dispersi yang mengandung partikel-partikel
padat dibantu oleh penggunaan mikser yang berkecepatan tinggi, blender atau
penggiling. Walaupun ini menguntungkan terhadap semua sistem rheologis
lainnya, bahan-bahan dilatan bisa menjadi padat pada kondisi shear yang tinggi,
dengan demikian dapat merusak alat pada proses pembuatan.
THIKSOTROPI
Sebelumnya pembaca telah diperkenalkan dengan beberapa tipe sifat yang
diamati jika rate of
shear tambah meningkat dan diplot terhadap shear stress yang dihasilkan. Diam-diam dianggap bahwa jika rate of shear dikurangi pada saat laju
maksimum yang diinginkan telah-tercapai, kurva ke bawah .(menurun)
akan sama dan berhimpit dengan kurva yang ke atas_(menaik). Sementara
demikianlah halnya dengan sistem Newton ,
kurva menurun untuk sistem non-Newton dapat diganti dengan kurva yang menaik.
Dengan shear thinning
systems (yakni, plastis dan pseudoplastis), kurva menurun seringkali diganti
ke sebelah kiri dari kurva yang menaik (seperti terlihat, pada Gambat 4-4),
yang menunjukkan bahwa
bahan tersebut mempunyai konsistensi lebih rendah pada setiap harga rate of shear pada kurva yang menurun dibandingkan dengan pada
kurva yang menaik : Ini menunjukkan adanya pemecahan struktur (dan juga shear-thinning)
yang tidak terbentuk kembali
dengan segera jika stress tersebut
dihilangkan atau dikurangi. Gejala ini
dikenal sebagai thiksotropi.
Thiksotropi bisa
didefinisikan sebagai suatu pemulihan yang isoterm dan lambat pada pendiaman
suatu bahan yang kehilangan konsistensinya karena shearing. Seperti yang didefmisikan tersebut, thiksotropi hanya
diterapkan untuk shear-thinning system. Tipikal rheogram
untuk sistem plastis dan pseudoplastis
0 comments:
Post a Comment